Selasa, 01 Maret 2022

Diagnosa

Mengapa aku berbeda?

"stop thinking that I'm crazy,aku tidak gilaaa...."


Bisikan-bisikan itu seakan mengajakku menuju ketempat yang gelap melakukan berbagai hal yang mestinya tidak dilakukan oleh orang normal pada umumnya.Tidak ada yang bisa membantuku keluar dari ruangan gelap itu,semua orang menjahuiku mereka menyebutku monster.

"dio...dio... bangun nak'' 

Seketika terdengar suara wanita memanggilku suaranya sangat dekat hingga membuatku terbangun dari mimpi buruk itu, ialah mama orang satu-satunya yang masih mempercayaiku bahwa aku masih normal.

"hari ini kita ada jadwal bersama dokter Andre ditempat biasa, bangun dan segera ambil sarapanmu kita akan berangkat lebih pagi sayang....''

''ke psikiater lagi mah?bulan lalu kan kita sudah kesana''

''iya dio....dokter Andre ingin bertemu denganmu dia sangat merindukan cerita-cerita luar biasa kamu''

Kata-kata itu selalu terucapkan, ia berusaha membuatku tenang agar tidak selalu kabur saat kami menuju ke psikiater.Aku memang sering melakukan terapi ataupun sekedar berbincang-bincang ke psikiater menceritakan segala keluh kesahku, ntahlah sebenarnya apa yang terjadi padaku tapi aku merasa baik baik saja. Hanya saja kadang kala emosiku tidak bisa terkendalikan.

Saat itu tepat hari minggu pukul 07.00 pagi, aku dan mama bergegas pergi ke kediaman dokter Andre.Cuaca sangat cerah hari itu, kata mama jika aku mau diajak ke psikiater dan tidak kabur lagi mama berjanji akan membelikan apapun yang aku mau.Mama sangat menyayangiku.

Sesampainya disana kami bertemu dengan dokter Andre psikiater terbaik dikotaku,meskipun aku sedikit takut dengan nya.Kami diantar kesebuah taman dibelakang rumah, tempat biasa aku dan dokter Andre memulai sesi tanya jawab seputar keseharianku. Dan mama menunggu diruang tamu agar aku lebih fokus menjalani terapi.

''Hai dio,sepertinya hari ini kamu sangat bersemangat sekali ya...'' sapa dokter Andre.

''iya dok, cuaca hari ini sangat cerah aku menyukai nya..''

''lama sekali ya kita tidak bertemu, pasti banyak hal menarik yang akan kamu bagi dengaku hari ini..''

Aku hanya tersenyum, kami berbicara layaknya sahabat bukan seperti dokter dengan pasien. Setiap kali terapi aku selalu berusaha melawan moodku yang sering kali berubah. Dokter Andre juga selalu menyediakan kue kesukaanku dan coklat hangat katanya agar aku merasa tenang saat berbicara dengan nya.

"Bagaimana dengan sekolah barumu Dio? aku dengar sekolahmu sangat bagus dengan kolam renang yang luas dan lapangan yang hijau.."

"Iya dok, aku sangat menikmati sekolah baruku, aku bisa bermain bola sepuasnya"

"Bagaimana dengan teman kelasmu, apa ada salah satu yang membuat kamu jatuh hati Dio?..."

Aku pun sedikit tertawa dengan pertanyaan yang dilontarkan dokter Andre.

"Coba ceritakan padaku Dio..."

Aku memberanikan diri untuk menceritakan segala kejadian waktu itu kepada dokter Andre, mencoba mengingat kembali hal-hal menyeramkan di tempat itu, meskipun aku sangat takut sesuatu terjadi tak terkendali.

hai namaku Dio syahputra remaja berusia 17 tahun, yang sejak kecil memiliki tingkat emosi yang tidak stabil dimana suasana hati bisa berubah drastis dalam waktu yang cukup lama. Dokter mendiagnosis aku sebagai penderita bipolar, saat aku dalam keadaan senang atau yang biasa disebut fase mania, aku sangat bersemangat enerjik bahkan aku berbicara sangat cepat tidak seperti orang pada umumnya.Namun jika aku berada pada fase depresi aku bisa sangat lesu tidak bersemangat menjalani aktivitas bahkan tak jarang aku sampai mencoba melakukan aksi bunuh diri karena merasa sangat tidak berguna.

Aku sudah pindah sekolah sebanyak 3x dalam beberapa tahun ini, karena teman sekelasku merasa  terganggu denganku dan guruku kerap menegurku karena aku sering tidak masuk kelas karena moodku yang kambuh.Rasa malas yang berlebih, rasa lesu bahkan kerja otak yang kadang melambat,dan aku mudah sekali tersinggung dengan perkataan-perkataan yang sebetulnya bukan masalah yang besar sangat membuatku payah, tapi kadang kala aku merasa ingin terlihat lebih unggul dari pada teman kelasku yang lain dengan tingkat ambisi yang tinggi bahkan melampaui batas wajar .

Keadaan emosi yang bisa beruba-ubah itu sangat membuatku terganggu namun aku sendiri pun tidak bisa mengendalikan itu semua, semua terjadi begitu saja tanpa aku mau.Tak jarang aku dibully dikucilkan bahkan diperlakukan tidak sama seperti siswa lainnya.

"dio apa kamu baik-baik saja" tanya beberapa teman sekelasku.

''aku baik-baik saja''

''tapi kamu terlihat cemas dari kamu berangkat sekolah hingga sekarang''

Hal itu membuat aku sangat merasa aneh, kecemasan itu datang tanpa sebab tapi aku merasa sesuatu sedang terjadi dan itu menakutkan.

''bisakah kamu bersikap normal dio, kami takut!....''

''bisakah kamu berbicara tidak terlalu cepat, kami tidak mengerti perkataanmu....''

''bisakah kamu tidak melakukan hal-hal aneh dio?''

''apakah kamu sudah gila dio??''

''sepertinya kamu harus meminum obat-obatmu itu sebelum berangkat sekolah!!''

Semua perkataan itu membuat aku takut untuk pergi ke sekolah, aku meminta mama untuk tidak lagi menyekolahkan ku, aku tidak mau menyakiti teman-temanku dan aku juga tidak sanggup mendengar celotehan-celotehan itu lagi.

Aku lelah meminum obat-obat penenang itu, aku lelah harus setiap bulan melakukan terapi kejiwaan dan diintrogasi seperti seorang penjahat, menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan bodoh itu.Aku marah ketika mendengar tetanggaku menganggap bahwa aku gila, berbicara seolah ini adalah penyakit kutukan, aku marah saat aku melihat mama menangis merawatku penuh ketulusan diantara gosip-gosip sampah dari orang-orang itu.

Aku pernah beberapa kali mencoba bunuh diri mulai dari menyayat tangan dengan pisau,  meminum obat-obatan itu dengan jumlah yang banyak hingga menarik tali di pergelangan leherku.Aku tidak tau mengapa, tapi ketika penyakit itu kambuh aku merasa sangat payah dan tidak berguna.

Tapi mama selalu menggagalkan aksi gila itu,mungkin jika tidak ada mama aku akan benar-benar kehilangan nafasku dan segala tentang hidup.Kata dokter penyakit ini seumur hidup, tidak akan bisa sembuh seratus persen dan aku harus merasakan bullyan gila itu sepanjang waktu.

Saat ini aku memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan apapun,aku akan fokus terapi ke psikiater dan meminum obat-obatan itu seumur hidupku. Aku tidak ingin merepotkan siapapun lagi tidak ingin membuat orang merasa ketakutan atas kehadiranku.

"Dio...kamu adalah anak spesial yang diberi kekuatan dari tuhan untuk menjalani fase ini, jangan takut mama kamu dan orang terdekat lain nya adalah orang terbaik yang akan menemani di situasi terburukmu.'' Kata dokter Andre padaku.

''apakah dokter juga akan menemani saya?''

''Tentu dio...''

Mungkin benar kata orang, apa yang ditakdirkan tuhan tidak ada yang kebetulan semua sudah terencana dengan baik,ntah aku atau orang lain yang mungkin mempunyai penyakit yang sama mungkin tak akan merasakan hidup bebas seperti orang-orang normal pada umumnya, namun kita akan dipertemukan dengan seseorang yang benar-benar menjadi malaikat pelindung yang siap mengabdikan hidupnya untuk menemani kita.



 ''then whatever we get is a gift, because it's not about why and until when but about who and how''

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

(Telah) TERBIT

Ini lah waktu yang kami tunggu-tunggu lamanya, 18 tahun pernikahan yang kosong pada akhirnya tuhan memberi kepercayaan kepada kami. Malaikat...