1. 2021
Kadang, aku terjebak dalam kenangan tahun itu,
Hujan deras, bayanganmu mulai memudar.
Aku menawarkan payung, namun kau terlalu jauh,
Aku berlari, berharap kau menoleh dan menerima.
Namun, dari kejauhan ada bayangan lain,
Yang ingin memelukmu, menghapusku.
Kau menoleh kepadanya, mengacuhkanku.
Ini bukan soal hujan, tapi soal kita.
Kedekatan kita yang ternyataa tak seistimewa itu,
Di dekatmu, hangatnya tak tergantikan.
Dekapanmu melekat, namun hanya aku yang merasakan.
Aku ingin bersandar, tapi ternyata aku sendiri.
Tidak apa, biar bising memenuhi pikiranku,
Aku merindu, bukan menginginkan yang lalu.
Ingin memulai tahun baru, lepas harap dan lelah.
Ditahun berikutnya, harapan itu pupus.
Hilang akal, hatiku masih terpaut.
Terasa terkoyak setiap malam,
Membingungkan kenapa ini bisa terjadi.
Aku dipaksa bertahan dalam ingatan tentangmu.
Tentang kita di masa lampau.
Pergi saja, ambil ingatanku sebagai penggantinya.
Biarkan aku bebas, seperti burung yang terlepas sekalipun hilang ingatan beserta isinya.
2.Kemeja biru
Laki-laki itu, dengan kemeja biru tanpa dosa.
Kacamata hitam, kumis tipis terhampar,
Suara lantangnya memanggil namaku, tak terlupakan.
Matanya berbinar seperti bintang malam,
Senyumnya menghipnotis, tak terelakkan.
Kemudahan bicaranya, membuatku nyaman,
Dalam diam, aku menyukainya, tak terucapkan.
Kemeja biru itu seolah-olah mempesona,
Menggambarkan kepribadian yang tenang dan dalam.
Aku tak tahu apa yang tersembunyi,
Di balik senyum dan kata-katanya yang manis.
Dalam tatapan ku, aku mulai menginginkannya,
Tapi aku yakin, di hatinya terdapat,
Kisah cinta yang belum terungkapkan, rahasia yang tersembunyi.
Dan aku berharap, suatu hari nanti,
Aku akan menjadi bagian dari kisah itu.
Dalam mimpi, aku melihatnya mendekat,
Dengan senyum yang sama, dan kemeja biru yang tak berubah.
Aku merasakan getaran hati yang tak terhenti,
Cinta yang tumbuh, tak terkontrol.
Mungkin ini cinta pada pandangan pertama,
Atau mungkin ini cinta yang tak terduga.
Tapi yang pasti, aku tak bisa menyangkal,
Perasaan ini, tak terucapkan.
3. Kopi yang tumbuh
Di café yang ramai, malam dingin bersemayam. Kami berdua terlena, dalam kesenangan tak terhingga.
Dua cangkir kopi, penghangat hati dan jiwa.
Aroma yang kaya, membangkitkan cinta yang tak terucap.
Kopi hitam pekat, dengan krim yang manis,
Menghangatkan tangan dan memanjakan hati.
Cemilan kentang renyah, menemani obrolan.
Tawa dan senyum, menghangatkan suasana.
Aku menatapmu, kau menatapku,
Kata-katamu manis, "Kamu cantik" Dan kamu tampan malam itu.
Alunan musik lembut, kau nyanyikan dengan hati,
Aku harap itu untukku.
Malam ini, tak ingin berakhir.
Karena bersamamu, hati ini menemukan hangatnya.
Kopi yang kita minum, seolah-olah mempersatukan,dua jiwa yang terpisah dalam cinta yang sama.
Dalam kesunyian café, kita berdua terhubung dengan senyum, dan kata-kata yang tak terhingga.
Malam yang dingin, menjadi hangat karenamu,
Cinta yang tumbuh, dalam setiap detik.
Kopi ini, seolah-olah simbol cinta kita.
Hangat, manis, dan tak terlupakan.
Aku ingin terus, menikmati malam ini bersamamu dengan kopi, dan cinta yang tumbuh.
4. Sudut yang hilang
Di sudut rumah ini, kenangan kita berserakan
Lukisan dinding yang terukir, cinta yang tak terucapkan.
Warna-warna cerah, senyum dan tawa kita menghiasi dinding, tak terlupakan.
Kursi tua di teras, tempat kita berbincang.
Mengenang malam-malam hangat, nyaman dan tak terpisahkan.
Lampu gantung, cahaya kenangan.
Menerangi sudut-sudut yang pernah kita panggil rumah.
Dinding-dinding yang pernah kita lukis bersama menggambarkan cinta yang tak pernah terungkapkan.
Setiap goresan, setiap warna mengingatkan kenangan yang tak terlupakan.
Meskipun tak pernah menjalin status.
Kedekatan kita terasa begitu nyata.
Di setiap sudut, di setiap ruang.
Aku merasakan kehangatan tentangmu
Waktu berlalu, kenangan tetap abadi.
Di rumah ini, cinta kita tak pernah berakhir.
Aku masih merasakan hangatnya pelukanmu,
Di setiap sudut, di setiap detik.
5. Hari yang kau sebut perayaan
Pesta perayaanmu, megah dan indah.
Tapi di balik senyum, aku sembunyikan luka.
Hari ini kau menikah dengan bahagia.
Tapi aku terluka, hati patah dua.
Kembang yang merekah, cahaya yang terang.
Tapi di hatiku kekecewaan membakar.
Aku menyembunyikan air mata menyaksikan kebahagiaanmu bersama dia.
Rasa luka yang terpendam tak terucapkan.
Aku pandai menyembunyikannya di balik senyumku.
Tapi sakitnya tak terhingga menghantam hati.
Melihat kebahagiaanmu bersama dia.
Berbahagialah dengan dia biar aku sembuh sendiri.
Kau berhak bahagia, dan aku berhak menyimpan luka.
Tak usah kau pikirkan biar ini menjadi urusan ku.
Tugasmu hanya bahagia, tugasku hanya menutup mata.
Selamat menikah, semoga bahagia.
Meski aku tak bisa melupa tapi biarlah.
Hari ini, hari patah hatiku.
Tapi aku berharap kau bahagia.
6. Hari yang kau sebut perayaan (2)
Malam perayaanmu, malam kebisinganku.
Hati berhenti di detik itu juga.
Pesta pernikahanmu, pesta kepedihan.
Menggandengnya dan bukan aku.
Gaun putih yang kusimpan sengaja kau ambil.
Untuknya bukan aku yang kau pilih.
Bunga yang kita rangkai kini kau lepaskan.
Mimpi kita terhenti di malam itu.
Aku hadiri pesta itu dengan hati berat.
Tamu-tamu bersorak aku terpaksa bertepuk tangan.
Kau sambut aku seolah tidak pernah ada yang terjadi.
Tapi kau tau aku tak sekuat itu.
Lampu-lampu yang menerangi malammu.
Mengiringi hatiku yang semakin gelap.
Bahagialah, aku tidak peduli lagi!!
Biar ini menjadi yang terakhir sebelum aku benar-benar hilang dari muka bumi.
Selamat menikah, perjalananmu dimulai milikku berakhir.
Semoga bahagia, di setiap langkahmu.
7. Rekayasa Lagu
Dalam irama lagu itu aku mendengar suaramu berisi namun kadang juga hampa.
Kenangan kita, melodi cinta yang tak terlupakan.
Tapi kehilangan nada sedih yang tak terhenti.
Senyummu kini bayang yang menghilang saat kita bernyanyi bersama hati terbelah.
Kesunyian adalah jurang yang tak terisi
Kenangan kita terjebak di dasarnya.
Suaramu kini menjadi angin yang berlalu meninggalkan kesunyian yang tak terobati.
Hati ini kapal karam, terdampar di laut kesedihan.
Cinta kita terbenam dalam kegelapan.
Wajahmu kini lukisan yang pudar.
Saat kita bernyanyi bersama cinta terukir.
Kini, hanya kenangan yang terpatri.
Dalam hati yang terus berdarah.
Lagu itu kini menjadi kenangan.
Mengingatkanku pada cinta kita.
Meski berlalu, melodi itu tetap hidup.
Dalam hati yang terus merindukan.
Semoga abu kenangan kita tetap hangat.
8. Pesan berkesan
Tengah malam layar bercahaya, pesan masuk hati berdegup.
Nama tak dikenal tapi kata-katanya manis.
Membuatku penasaran tak bisa tidur.
Kata-katamu bunga di taman hati.
Mekar dengan sentuhan lembut.
Kau adalah cahaya pagi
Menerangi malam yang gelap.
Pesan diketik, hati terkirim.
Lucu meski tak ada wujud.
Tapi pesan itu selalu setia.
Aku menunggu, walau lebam mata ini.
Diketik mulut berbisik.
Mimpi indah tercipta.
Membuatku berpikir.
Harus dibalas dengan apa?
Pesan terbalas, kata yang tepat,
Bukan "suka", tapi "kamu cantik".
Membuatku tersenyum.
Malam ini hati bahagia.
Pesan pertama benih cinta yang tumbuh.
Membunga dalam hati tak terlupakan.
Semoga awal indah ini menjadi keabadian.
9. Seperti Angin
Kau datang seperti cahaya pagi membawa harapan, menghilangkan malam.
Senyummu bunga yang mekar.
Membuat hati ini berdebar.
Kau seakan terlahir untukku.
Dunia ini kau janjikan untukku.
Kata-katamu madu yang manis membuatku percaya kita ini nyata.
Tapi kau pergi tanpa peringatan.
Meninggalkan kesedihan dan kekosongan.
Hati ini terbelah seperti oase kering.
Mencari jawaban tak terucap.
Kau tinggalkan kenangan manis, tapi juga luka yang dalam.
Aku terjebak dalam masa lalu.
Mencari cinta yang hilang.
Kau datang dan pergi seperti angin.
Membawa harapan, lalu menghilang.
Namun kenanganmu tetap hidup.
Dalam hati yang terluka dan kita yang sempat ada.
10. Yang Terdalam
Mata indahmu, permata biru.
Memancarkan cahaya menari dalam hati.
Kedalamanmu lautan tak terhingga, menarikku ke dalam tak terlepas.
Senyum di balik kelopakmu,
Menghidupkan impian menggetarkan jiwa.
Cahaya matamu sinar surya.
Menerangi malam menghangatkan hati.
Mata yang menarik perhatian memikat siapa saja yang melihat.
Dalam sekilas hati terjebak.
Tak terlepas dari pesona mu.
Kemurnian hati kejujuran jiwa.
Memancarkan kekuatan tak terhingga.
Dalam matamu aku melihat kebijaksanaan.
Sebuah jiwa yang tak terjamah.
Mata indahmu harta tak terhargai.
Membuatku terpikat, tak terlepas.
Dalam kedalamanmu aku menemukan cinta.
Yang tak terucap dan tak tergantikan.
Mata indahmu keindahan abadi membuatku terpesona tak terlupakan.
Dalam matamu aku menemukan rumah.
11.Rumah singgah
Dalam hatimu, aku menemukan rumah.
Singgah sejenak, dari badai hidup.
Kau terima aku dengan senyum hangat membuatku merasa aman tak terlupakan.
Kau bukan rumah abadi tapi singgah yang menyenangkan.
Kau berikan kehangatan.
Mengusir kesepian.
Rumahmu dulu taman indah,
Kini menjadi gurun kering.
Dindingnya retak, atapnya bocor.
Kehangatanmu kini tinggal kenangan.
Aku mencari kehangatan tapi kau tinggalkan kekosongan.
Rumah singgahmu, kini berantakan.
Membuatku terjebak dalam kesedihan.
Kau rumah fatamorgana ilusi indah menghilang saat ku butuhkan.
Kau bukan rumah, tapi hanya bayang.
Membuatku terjatuh dalam kesepian.
Semoga langkahku selanjutnya,
Menemukan rumah yang sebenarnya.
12. Kau, Aku, dan Bayang
Bayangmu terukir di dinding malam,
Siluet kuat, tak terlupakan.
Aroma melati pekat mengiringi.
Kaca mata hitam, senyum samar.
Bahu lebar, lengan kuat menjadi tempat berlindung.
Suara hati berdebar.
Tangan yang memegang, membuatku merasa aman.
Kemeja rapi kacamata setengah bulat.
Membuatku penasaran apa di baliknya?
Kau adalah puisi tak terbaca.
Rahasia yang tersembunyi, senyum yang manis.
Kau berdiri di antara cahaya dan bayang
Suara bisikan lembut menemani malam.
Membuatku penasaran, siapakah kau yang tersembunyi di balik siluet kuatmu?
Apa yang kau sembunyikan?
Mengapa senyummu begitu misterius?
Apakah di balikmu terdapat rahasia?
Atau hanya bayang yang tak terjawab?
Apakah kau melarikan diri dari masa lalu?
Suara langkahmu mengiringi malam.
Atau mencari kebenaran yang hilang?
Apa yang membuatmu tetap berdiri?
13. Wanita Gila
Kau terpatri dalam jiwaku,
Tak terpisahkan bayangmu sungguh menghantui.
Aku terobsesi tak terkendali.
Ingin kau hanya untukku, selamanya.
Dalam kegelapan egoku kau adalah obsesi.
Terkurung dalam hati yang tak pernah berhenti berdegup.
Aku ingin mengunci kau dalam cinta tak terbatas.
Membuat kau tak bisa terlepas dari genggamanku.
Kau adalah mutiara yang harus kucari.
Permata yang harus kubawa ke pangkuan hati.
Aku memaksa hatimu untuk memilihku.
Seolah tak ada pilihan lain.
Tapi, kau masih bebas tak terikat.
Membelah hatiku dengan kebebasanmu yang tajam.
Rasa sakit ini, apakah cinta atau keserakahan?
Mengapa kau tak milikku?
Kau harus memilihku, tak ada pilihan lain.
Cintaku mengikat tak terlepas.
Jika aku tak bisa memilikimu, seluruh dunia pun tak boleh memilikimu.
Tetaplah hidup, sampai akhir hayat.
Bersamaku, wanita gilamu.
Dalam cinta yang tak terpisahkan.
Kita terikat, selamanya.